Friday, October 23, 2009

PaNdan9aN PerTaMa



"La, minta-in nomor teleponnya dong. Gw mo kenalan ma dia negh." pinta Kak Tita. "Laaah.. kenapa La segh? minta ajah sendiri" jawabku ketus. "Bukan gitu La, lu kan kepala suku kelompok kita, setidaknya lu ada alasanlah tuk minta nomor telepon dia. Sekalian yang pake baju putih itu yagh, kerah merah dan topi coklat." lagi-lagi Kak Tita mendesak agar aku dapatkan nomor telepon cowok yang baru pertama kali dia jumpai tapi sudah membuat dia "kepincut".

Saat itu aku dan beberapa pelajar Indonesia lainnya sedang berada di acara Family Gathering Pelajar Indonesia. Entah kenapa, lagi-lagi aku harus rela diangkat sebagai kepala suku untuk kelompok ku. Di acara tersebut selain sebagai ajang silaturahmi, juga untuk menyambut mahasiswa baru seperti aku dan Kak Tita, yang akan memulai perjuangannya di negeri orang dalam menuntut ilmu. Berbagai game permainan disuguhin oleh panitia dan senior. Mulai yang biasa-biasa saja, sampai game yang boleh di bilang minta ampuun.. Menuntut kenarsisan dan harus punya malu!! Aku bersyukur, untuk kategori tersebut, kelompok ku menjadi pemenangnya. Huehue.. Gimana tidak..? semua cowok yang berkategori "cakep" kumpul di kelompok ku, ditambah dengan kepala sukunya yang memang harus diakui super duper maniez dan kreatif :P (hayooo.. ngaku loh... Ga Pake Boong.. )

Masih ingat, ketika ada tiga orang cowok yang tiba-tiba masuk ke kelompok ku dan tanpa teleng aling nyelonong tidak memperkenalkan diri. "Hufgh.. dasar! Ni cowok pada belagu apa yagh. Kayak Tao Ming Tse ma konco2 F4 (F she-baca) nya. Udah lah masuk ga permisi, kok aku malah di cuekin segh? G taw apa, siapa aku..??" batin ku ketika melihat mereka gabung di kelompok ku dengan gaya yang sok "cool" yang akhirnya bagi ku mereka tak lebih dari cowok2 "kulehe" (cokul).

Ya..tiga cowok itu adalah Muktam, Mukmuk, dan Kowage. Cowok yang konon lulus dari Al-Azhar Kairo. Jreng..jreng..jreng.. KAIRO..??? Ampun.. Jujur degh, denger kata ini, terus terang aku jadi MUPENG 359 derajat. Tempat yang memang menjadi impian aku sejak kecil untuk menuntut ilmu, walo gak kesampaian dan harus rela terdampar di negeri tetangga. Lagi-lagi jujur, dulu aku sangat kagum sama mereka yang sekolah di sana. (hmm..sampai sekarang juga kali yagh.. huehue :P ) dan tentu saja masih tersimpan mimpi itu dengan rapi, bahwa suatu saat aku harus bisa kesana..aaminn..!!!

"Hei.. mas-mas yang baru datang. Coba yagh jangan cologok* gtu. Datang-datang tu ya mbok kenalin diri. Jgn selonong boweng gitu dong." tepat pada saat mata-mata tu cowok melihat ku yang sedang bediri di depan pasukan kecil ku. Ya, aku tengah memberikan sedikit wejangan kepada mereka yang sesaat lagi siap untuk bertempur pada perlawanan tarik tambang.

"iya negh. kenalan dulu dong. Masa gak kenalan sama kita-kita. Kenalin negh, ibu kepala suku kita, Lala. Untung degh gw dapat kepala suku yang begini ni. Cerewet tapi manis.. hahhaaa" ujar GunGun yang memecahkan suasana damai saat itu. Terimah kasih Gun, kamu memang kurcaci yang paling memahami aku. Ckckck..

Tanpa ku persilahkan terlebih dahulu, salah satu dari mereka pun langsung memperkenalkan diri. "o.. jadi ini kepala sukunya.. ya degh, salam kenal buat boz dan lainnya. saya Kowage dan ini teman saya. Muktam dan Mukmuk." Ketiga-tiganya mulai pasang jurus TePe alias tebar pesona dengan senyum yang dikulum... ups.. maksudnya senyum simpul malu-maluin-nya mereka. Sontak..!!! Beberapa cewek yang menurut ku hampir semuanya degh kecuali aku, yang senyam-senyum, bahkan ada yang norak sampai bertingkah pura-pura budek agar nama mereka diulang-ulang. ”huhu.. BETE. Cakep juga enggak.. sok cool padahal kulehe" lagi-lagi aku cuma bisa ngedumel dalam hati.

"Asalnya dong... Tinggal nya dimana..? Lulusan mana.? Anak keberapa? No hp nya jangan lupa yaaaa...." tanya para cewek yang nurut ku ga penting bangett degh.

"Kami bertiga dari Banten, dan baru selesai S1 di Al-Azhar Kairo... " jawab salah satunya. Makjang... asli, pas denger kalimat ini, entah kenapa aku malah ikut-ikutan mupeng dan heran, kenapa aku tiba2 merubah cara berdiri ku yang kali ini sedikit lebih feminim. Syukur banget, ga ada yang taw perubahan posisi ku saat itu.. hahaa

Pendek cerita, hari itu benar-benar penuh kenangan. Kami bergembira, berbagi cerita, berbagi kisah dan pengalaman pada saat pertama kali ke negeri Melayu ini. Pengalaman senior yang bisa dijadikan sebagai "referensi" bagaimana menghadapi para dosen "tempatan"* yang terkadang tidak jauh-jauh dari sifat subjektif dan perjuangan menyelesaikan tesis dengan sentimen-sentimen budaya yang ada. Berbagai permaianan pun terlaksana dengan aman, damai, tentram, dan seru.. tanpa meninggalkan luka di dalam hati. Hanya luka-luka akibat saling menyikut ketika Budi dan kawan-kawannya bermain bola.. (haaa.. yang ini gak nyambung booo...).

Alhamdulillaah.. tidak sia-sia perjuangan para kurcaci di kelompok ku. Akhirnya, di akhir permainan, kelompok ku mendapat juara ke-2 dengan yel-yel yang super duper narsis, garing tapi jadi juara pertama. Haha.. panitia gak salah tu..??! Tidak hanya itu, aku pun menjadi salah satu finalis dan satu-satunya perempuan di PPI Idol. Harus ku ikhlaskan ketika aku hanya menjadi juara ke-2 dan memberikan mahkota "kebesaran" ke Opha, pemenang PPI Idol. Terpilih karena semangat beliau yang walaupun sudah berumur 55 tahun tetapi masih mau melanjutkan studinya. Luaaaarrrrrrrr biasaaa ophaaa.. i'm so proud of u.. high appreciate degh..

Selesai sudah acara pada hari itu. Sebelum kembali ke kampus, panitia memberikan waktu bebas selama satu jam untuk kami melakukan aktivitas pribadi lainnya. Nah.. pada saat itulah aku manfaatkan untuk mengumpulkan kontak person alias nama, nomor hape, alamat, dan emailnya cowok-cowok yang diam-diam ada juga yang menjadi target ku. hihihi

"La.. gimana, jadi nggak minta in nomor hape nya mereka?" kak Tita udah g sabar negh kayaknya. "Iyaa.. bentar dong, La siapin dulu bukunya. mmm... (sambil ngobok-ngobok isi ransel). Uhuy. untung bawa. Siipp.. ntar beliin coklat ma es krim yagh.. awas klo enggak.. heuheu" yaa.. itulah kebiasaan ku, klo Kak Tita minta tolong, paling demen minta di beliin coklat atau es krim. Secara, kak Tita lebih tua dari ku dan menjadi housemate yang paling setia dan pengertian.

"hai guyz.. kumpul sini dunx.. kita foto-foto buat kenang-kenangan." Teriak ku untuk menarik perhatian orang-orang yang ada di Pantai Port Dickson agar mendekat ke arah ku. hahaha.. narsis dan egois juga yagh aku.. Setelah kami berfoto ria, aku pun g mau ngilangin kesempatan yang ada. Langsung ku minta nomor-nomor hape mereka. "eh..guyz, skalian isi yagh disni (sambil nunjuk ke notes book) nomor hape, email dan alamatnya, juga jurusannya. Ga pake boong yagh. Mana taw ntar qt bisa reunian kelompok. Lumayankan.. ntar..klo ada yang mau traktir kita, jadi gampang ngehubungin kalian." ckckckc.. dasar lu La,, bisa ajah nge-les nya.." bathin ku.

ffuuuuuueeeuuuhhhhh.. akhirnya terkumpul sudah catatan-catatan kecil itu. Ku lihat satu persatu. Asli!!!! mereka nulis memang ga pake boong, tapi pake ISENG!!! ada yang cantumin no hape, tapi kagak kasi nama. ada yang ngasi alamat email, tapi cuma ....@hayo tebak.. (trus pake gambar orang ngakak...) ammmpuuunnn..seandainya aku dapat ngelacak sapa yang buat, pasti bakalan aku kimbalin tu rambutnya. huhuhu. Lain lagi si Muktam, pake nulis anaknya sapa, mulai dari nama bapak dan ibu, sampai makanan favorit. Ga penting bangett. Kalau si Mukmuk, nulisnya simpel banget.. "tanya sama teman saya ajah ya, masih belum ingat nomor hape saya berapa." gubraxxxxxx... Lain Mukmuk lain Kowage, tulisannya yang dibilang kaligrafi kagak, tulisan abstrak juga kagak, sempat-sempatnya nulis tempat tanggal lahir tapi yang ga jelas gitu.

Tempat Lahir : dibumi, tepatnya di Indonesia.
Tanggal : coba tebak
Bulan : ada nya di atas bumi, bisa dilihat pada malam hari. Sekarang bulan purnama loh…
Tahun : bisa nebak gak..?? klo bisa, telepon saya. Kalau tidak bisa dan mau kasi kado, ketemu langsung, jangan pake nelepon ya.

jiaaaaaa.... ni cowok bener-bener kulehe degh. dan entah kenapa, cuma tiga cowok itu aja yang isengnya di batas toleransi. Mau marah, jaga imej. Mau minta yang bener, gengsi dooooooonggg.. masa aku harus "ngemis-ngemis" minta no mereka..?? argh.. enggak bangettt... erk!!.. ku baca lagi apa yang mereka tulis.. heuhuehe.. kocak juga.. lucu, aneh, unik.. dan..pastinya, aku jadi malah penasaran sama tiga makhluk tersebut.
...........
"La.. gmn, udah dapat belom..?"sikut kak Tita yang memecahkan lamunanku. "eeh.. udah kak.. ini. tu liat, benerkan..,mereka tu cuma mahkluk-makhluk kulehe yang sok pede, sok cakep, so seleb. huhu" lagi-lagi aku merasa "tersaingi" popularitas ku dengan mereka. hahaha

"MOHON PERHATIAN.. MOHON PERHATIAN... Teman-teman semua, bus akan segera berangkat menuju kampus. Silahkan naek ke bus dan duduk ditempatnya masing-masing" corong panitia yang sumbang membuat aku dan teman-teman lainnya krasak krusuk buru-buru menuju bus. Sebagai rasa tanggung jawabku kepada ibu pertiwi, aku pun merelakan waktu dan tenaga untuk mengecek para kurcaci ku yang dari awal sudah setia menjadi perwira-perwira culun dan akan selalu ku ingat pola tingkahnya mereka sampai kapanpun.

Pletak!!!!! serasa kepala ku dijitak oleh binaragawan ade "brotot". gimana tidak? tiba-tiba di depan ku, kursi nomor dua, ada sepasang kurcaci ku yang duduk manis dan tengah bercuap-cuap ria dengan serunya. Kyaaaa... kak Tita udah duduk berdua ajah di bus sama si Kowage...??? ampun... secepat itukah..?? aku hanya bisa geleng dan merem melek. Bingung mo gestur yang bagaimana yang akan ku nampakan ke mereka. hanya jempol kanan dan kerlipan mata saja yang bisa ku beri ke Kak Tita. yeah.. SUKSES juga pedekate nya kak Tita....

Bus pun meluncur dengan indah.. seindah sang mentari yang malu malu mulai menyembunyikan dirinya dari sang senja. Ya.. aku hanya bisa memperhatikan Kak Tita dan Kowage dari jauh, karna aku mendapatkan tempat duduk di barisan yang paling belakang. Suasana dalam bus bener-bener bikin aku senyam senyum. Ada yang pedekate, ada yang sibuk dengan i-pod nya, ada yang ngobrolin "sapa saya dan sapa kamu", ada yang ngebahas tentang politik dan hukum indo-malay. “waaa.. ni orang kayaknya pada gila buku ma gila belajar degh..” pikir ku, ketika mendengar salah satu penghuni bus mulai membuka pembicaraan dengan "saya pernah baca buku itu mas.. yang memuat teori Hitler dan juga Masolini...bla..bla..bla..." gilingan, acara yang haha hihi gini, masih bisa-bisanya ngebahas yang berat-berat..?? OMA - Oh My ALLAH.. Satu sisi, penghuni lain ada yang dengan suksesnya kena "tembak" dan langsung molor dengan dengkuran indahnya. Tanpa mau berduet maut dengan yang lain. Yagh.. aku hanya bisa memperhatikan sekelilingku, tidak dapat berbuat banyak. Karna orang yang kena tembak itu, tepat berada di samping ku.. :((

Perjalanan dua jam menuju kampus benar-benar terasa lama. Malam yang semakin menyelimuti, dan hujan rintik-rintik yang kadang kala menyapa dengan "jepretan" kilatnya, menambah dinginnya malam itu.. Dan akhirnya, harus ku akui.. sedingin itu pula hati ku untuk seorang pria...
...........
Kriiiiiiiiiiingg….kukuruyuuukkk….. kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinngggg… kukuruyuk….. jam beker dan alarm hape ku saut-sautan memanggil agar aku segera bangun. Hufgh.. pagi ini benar-benar letih. Kegiatan semalam cukup membuat badan ini terasa rontok. Tapi aku tetap bersyukur, masih bisa menikmati nyenyaknya tidur ku malam ini. Ku lihat Kak Tita sudah rapih jali. “kak.. mo kemana? Masih jam 8 kan. Mang ada kelas?”tanya ku yang masih malas-malasan di tempat tidur. ”Bangun dong neng, udah pagi. Ga subuh tu kan. Dibangunin susah amat. Jadi ikut tertembak yagh..sama seperti opha.. hahahaha” canda pagi hari Kak Tita. Lanjutnya ”enggak La, kakak mau ke PPS. Kan belum selesai registrasi mata kuliahnya. Kakak lupa daftar online. Jadi harus kesana, sekalian mau tanya tentang visa.” Aku dengarin alunan kalimat Kak Tita, seperti sedang di dongengin ma kak Ria Enes.. hihihi..

”Eh, La... mana nomornya Kowage. Mau dunkx..” pinta Kak Tita. ”Ada tugh. Liat ajah di notesbook La kak. Males.. ngisi pada gak bener.” jawabku sambil membenahi tempat tidur. Kak Tita pun langsung mengoprek tas ransel kesayanganku yang sebenarnya sudah minta ampun untuk tidak dipakai lagi (alias udah sobek-sobek heuhue). ”La, ni nomornya berapa yagh. Ini angka 1 atau angka 7 yagh..? trus ini 5 atau 6?? Kok ga jelas gini yagh..?”tanya-nya dengan serius. ”Daela.. si kakak, kan La dah bilang, tu tulisan dibilang abstrak kagak, di bilang kaligrafi juga kagak. Ga jelas. Cobain ajah kak.. diuprek-uprek tu nomor.. weks..weks..” sambil ku julurkan lidah ke kak Titi. ”Dasar ni anak, ngeledek ajah. Ntar kaya ubi gledek baru taw.. hahahahahhaaaa” tawanya yang semakin membuat aku merasa nyaman tinggal bersamanya walau kami baru kenal 1 minggu yang lalu.
...........
Bener degh, hari ini kembali terasa capek sekali. Tadi di kampus, aku harus bolak balik dari Jurusan ke Fakulti. Dari fakulti ke kantor pelayanan khusus mahasiswa pasca sarjana. Kalau deket segh ga masalah, tapi ini, jauhhh nya g ketulungan. Ya.. untuk mengurus visa saja aku harus bolak balik kayak setrikaan. Mending naek kendaraan. Karna nunggu bus cukup lama dan harus berdesak-desakan, akhirnya aku harus rela berjoging ria di tengah hari, agar urusan hari ini selesai. Biiip.. sms masuk. ”La.. no nya yg bener brp? bosan ngoprek negh. lg dmn? kk mau pulang. Bareng yok..” sms dari Kak Tita. ”mo pulang juga kak. Gi di bus stop depan FSSK. Ketemuan di D’SIKO MANDRE* yagh kak..” balasku. Tek..!!! sekilas ku lihat wajah Kowage yang sedang menyebrang dan menuju bus stop dimana aku berdiri. ”ngapain tu anak kearah sini..? eh, jadi ingat si Kak Tita.” gumamku. Ku lihat sosoknya dari sudut mataku. Dingin.. Ya, aku hanya bisa merasakan dingin.....

D’SIKO MANDRE adalah rumah makan favorit pelajar Indonesia, karena masakannya yang bercitarasa ”INDONESIA BANGET”. Masakan Minang dan Makasar. Yaa.. setidaknya untuk dua semester pertama yang aku rasakan. Ternyata kak Tita sudah setia menunggu ku untuk makan siang menjelang sore hari itu. Seperti biasa, teh ais limau (lemon tea dingin) menjadi pesanan favorit kami. Hari itu aku sedang tidak begitu nafsu untuk makan, tapi ku paksa dan memesan mie Bandung*. Ketidaknafsuan aku pun semakin menjadi ketika Kak Tati mulai dengan pembahasan seputar ”kowage”. Sepertinya dia bener-bener telah ”kena cupid”. Begitu antusiasnya menceritakan apa yang dia alami bersama Kowage ketika pulang dari Port Dickson beberapa hari yang lalu. Hingga akhirnya dia meminta bantuan aku untuk mendapatkan nomor cowok idamannya itu. ”Laaahh... kakak kenapa gak nanya langsung ke dia waktu tu? Kan pas bangett” cerocos ku. ”yagh..Lala, gengsi dong gw. Lagian gw pikir, lu kan udah punya..”. Hening sejenak... dan tiba-tiba terasa kaki ku ditendang oleh sesuatu. Yapz.. kak Tita menendang kaki ku di bawah meja. Terkejut... sebel juga.. karna hari itu benar-benar lelah..pusing... ”Paan segh kak.. kok kaki La di tendang segh..?” ”La..liat tu, dibelakang lu. Si Kowage.. Kowage La... ehm.. eh..argh.. ” kak Tita jadi salting alias salah tingkah. ”Trus.. kenapa..? g ada urusan lagi sama dia.. ”ketus sekali jawaban ku. Tapi memang karna lagi kena setrum cinta, kak Tita gak peduliin jawabanku dan tetap mendesak agar aku mendapatkan nomor hape nya Kowage. Dengan berat hati, aku pun akhirnya mau memenuhi permintaanya. ”huh!! Untung ajah kakak lebih tua dari aku, housemate ku pula. Kalau tidak, mana maw aku seperti ini. Iiigh..amit amit degh... ” dongkol bangett ni hati.
”eh.. mas kowage.. minta nomor hapenya donk. Yang kemaren gak jelas. Tu tulisan apa tulisan yagh..” ternyata, suara ku membuat dia terkejut. Gimana tidak, sudahlah tidak pake opening, ujug ujug langsung minta nmor hape. Hahaha. Aku akui, kadang aku tu terlalu cuek. Dan lagi-lagi, aku bertanya dengan cara yg dingin.... Dengan wajah kaget campur penuh tanda tanya, dan tetep dengan gaya sok cool nya, dia beri aku nomor hape nya. Setelah ku save, langsung aku menjauhinya. Sambil berbalik badan, aku ucapkan terima kasih. Dan dia pun menatapku tajam.. penuh tanya tergambar dari sorotan matanya.

”ni nomornya kak.. dah yagh, La mo pulang duluan. Capex kak.. mo bobo.. Kakak mo disini atau..? “ tanya ku dengan nada setengah letih. Letih fisik.. dan letih hati. Aku bingung, kenapa aku kok tiba-tiba jadi dingin begini…. Tanpa menunggu jawaban Kak Tita, aku langsung pulang kerumah yang masih satu blok dengan restoran itu. Kaki ku gontai.. Berat terasa untuk melangkah, seberat hati yang dingin.. oh Tuhan, ada apa dengan ku..??
...........
”Oh noooooooooooooooo. Bego bego bego.... ” maki ku terhadap diri ku sendiri. Hari ini sepertinya benar-benar sial degh. Sudahlah tadi pagi bangun terlambat, ga masuk kelas pagi, masa siang ini aku harus bolos lagi kuliah..?? Hanya gara-gara kunci rumah tertinggl di kamar, dan pintu kamar ku terkunci dari luar. Sms ku tidak ada balasan dari kak Tita maupun housemate lainnya. Entah kenapa, tiba-tiba saja ni jari memencet nomor Kowage. Ya.. seingatku, dia tinggal di blok yang sama, tapi lorong tangga yang berbeda. Setidaknya dekat rumah, mana nomor anak cowok lainnya belum ku save. Memang dasar bego!!! Ku call dia berkali-kali. Tidak ada jawaban. Akhirnya aku pasrah dengan keteledoran ku hari ini. Tiba-tiba ada sms. ”ini siapa? Ada apa? Maap, tadi saya di kelas.” Hmm..sms dari kowage. “Lala. Mau minta tolong, pintu kamar terkunci, dan kuncinya di dalam. Boleh bantu gak? Mau kuliah negh.” balasku. Biiipp..sms kedua darinya masuk. ”mau nunggu 2 jam lagi? Saya masih ada kelas.” ampuuunnnnnnnnn.. dua jam lagi....??? becak kena trenggiling.. becanda gilingan... dua jam nunggu dia buat buka pintu..? huh! Sorry, i dun have a time 4 that...

Lengkap sudah, hari ini aku tidak kuliah. Kesiangan dan terkunci. Bener-bener memalukan. Lebih memalukan lagi, karna dua hari kemudian, kejadian yang sama terulang kembali. Dan lagi-lagi, kenapa aku hanya menghubungi cowok yang ku kasi gelar ”kulehe” ini yagh..? dengan ringan ku call dia untuk datang membantu ku. Yupz, jawaban yang sama, ternyata dia ada kelas dan tidak dapat membantu ku. Beteeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee.....
...........
Malam ini terasa sangat dingin.. hujan dari pagi hari tidak mau berhenti. Ku lihat semua housemate ku pada konsen dengan tugas mereka masing-masing, tak terkecuali kak Tita. ”Kak.. gimana, jadi sering sms-an gak sama Kowage?” tanya iseng ku hanya ingin membuat suasana dingin agar sedikit hangat. ”udah segh La.. tapi dia g balas-balas sms kakak...” jawab kak Tita datar. ”oo... ” singkatku.
Beberapa hari berlalu. Seperti biasa, waktu luang aku dan kak Tita biasanya saling curcol, curhat colongan. Tak bosan-bosannya dia menceritakan cowok yang bikin hati dia ketar ketir, Kowage. Meskipun jujur, aku sedikit prihatin, karena dari pihak cowok, sepertinya dingin-dingin saja. Ini dibuktikan dari sms yang sangat-sangat jarang di balas olehnya untuk Kak Tita.

Biiip.. sms masuk. ”gmn, masih terkunci di luar? Tidak bisa masuk ya..? Apa saya perlu kesana?” Daela..ni sms basa basi banget degh. Tu kan sudah beberapa hari yang lalu. Lemot banget ni orang. ”udah, g perlu. Ntar kalau terkunci lagi baru di hubungi lagi degh” sms ku padanya. Biiip.. masuk lagi sms. ”tapi kalau mau ketemuan boleh kan. Lagi dimana? D’siko mandre yuk.” errrk.. asli, terkejut. Ni cokul (cowok kulehe) ngapain ajak ketemuan. ”ok.. 5 menit lagi.” aneh.. kenapa aku langsung jawab iya yagh...?????????

Sejak pertemuan itu, aku dan cokul Kowage semakin akrab. Ternyata dia asyiq juga diajak berteman dan berbagi cerita. Walaupun sikap dinginnya itu terkadang membuat aku sedikit risih. Sudah tidak ada kekakuan antara aku dengannya. Aku sudah mulai terbiasa dan suasana setiap bertemu dengannya cair, secair tea ais limau kegemaran ku. Aku jadi ingat kak Tita, dan tiba-tiba saja ada niat untuk mencomblanginnya dengan Kowage. Yaa... kak Tita, yang demen banget sama ni cowok. Lagian aku menganggap Kowage sebagai kakak ku. Tidak lebih. Jadi.. proses comblang mencomblang bisa aku lakukan mulai saat ini.. Kak Tita.. this is special gift 4 u... bathinku...

***** 2b cont

*cologok – tidak sopan
*tempatan – lokal
*mie Bandung – mie favorit di Malaysia, campuran dari beberapa seafood dengan kuah kental dan pedas.

-San9rasa-
Senin, 12 Oktober 2009.
10.30 pm

Saturday, August 16, 2008

Refleksi : KETIKA NASIONALISME DIPERTANYAKAN

Biar saja ku tak sehebat matahari Tapi s'lalu ku coba tuk' menghangatkanmu
Biar saja ku tak setegar batu karang Tapi s'lalu ku coba tuk' melindungimu
Biar saja ku tak seharum bunga mawar Tapi s'lalu ku coba tuk mengharumkanmu
Biar saja ku tak seelok langit sore Tapi s'lalu ku coba tuk mengindahkanmu
Ku pertahankan kau demi kehormatan bangsa Ku pertahankan kau demi tumpah darah

Semua pahlawan-pahlawanku

Reff:
Merah putih teruslah kau berkibar Di ujung tiang tertinggi di Indonesiaku ini
Merah putih teruslah kau berkibar Di ujung tiang tertinggi di Indonesiaku ini
Merah putih teruslah kau berkibar Ku kan selalu menjagamu


Tentu sahabat semua tahu akan lirik lagu tersebut. Ya..BENDERA, tidak hanya dipopulerkan oleh penyanyi aslinya, COKLAT tetapi juga oleh INDONESIAN IDOL. Seingat saya, lagu ini dijadikan sebagai ”maskot” ketika para pejuang olahraga kita berjuang di arenanya masing-masing dalam skup pertandingan internasional. Selain untuk membakar semangat juang, juga semangat nasionalisme. Meskipun untuk saat ini, ada kesan bahwa ”nasionalisme” sudah menjadi benda ”keramat” atau bahkan terkesan ”basa-basi” (mudah-mudahan prasangka saya ini salah).


Jelang hari besar karena sejarahnya bangsa Indonesia, setiap 17 Agustus sejak 63 tahun yang lalu atau bahkan lebih, menjadi momentum yang sangat tepat ketika nasionalisme di”gaungkan”. Selain itu, momentum lainnya seperti Hari Kebangkitan Nasional, Hari Sumpah Pemuda, dan masih banyak lagi peringatan-peringatan hari besar yang menurut bangsa kita mengandung sejarah luar biasa dan dijadikan sebagai pembakar spirit nasionalisme.


Hanya saja, malam kemarin, saya sempat mempertanyakan kembali, terutama pada diri sendiri. ”Apakah saya sudah memiliki jiwa nasionalisme yang sesungguhnya? Nasionalisme apa yang sebenarnya yang dibutuhkan oleh bangsa dan negara saya?” Memang, secara sekilas mungkin terkesan ”sombong amat..sok nasionalis degh..”. Tapi, pertanyaan itu tiba-tiba terlintas di benak saya, ketika mengajak seorang teman untuk ikut bergabung pada upacara 17 Agustus di KBRI. Namun teman saya itu menolaknya. Alasan utama yang dia berikan adalah ”malas”. Malas dengan berbagai tradisi yang dilakukan pada upacara tersebut, hanya buang-buang waktu, berdiri lama, dan sebagainya. Otomatis ketika mendengar jawabannya, saya langsung mengatakan ”hei Fulan, dimanakah jiwa nasionalisme kamu??!!” dengan spontan pula ia menjawab ”Mela, nasionalisme tidak mesti ditunjukan dengan mengikuti upacara-upacara seperti ini. Membantu sesama, itulah sebenarnya nasionalisme.” Erkrk.. saat itu juga, ludah yang tertelan terasa sangat pahit. Tertegun sejenak dan sambil merefleksikan lagi apa yang sudah saya ucapkan sebelumnya.. Malam itu juga, saya jadi berfikir.. merenung... dan bertanya-tanya kembali pada diri saya. Memang, sepertinya saya terlalu egois dan sempit ketika mengambil contoh mengikuti upacara peringatan HUT RI yang adalah negara saya, merupakan bagian dari nasionalisme. Sempat juga saya menyalahkan dengan sistem pendidikan yang dulu pernah saya dapatkan..astaghfirullah...


Masih ingat dan segar di ingatan, sejak dari TK (Taman Kanak-kanak) hingga perguruan tinggi saya selalu ditanamkan semangat nasionalisme melalui aktivitas setiap hari senin upacara bendera, setiap hari sebelum pelajaran dimulai menyanyikan salah satu lagu kebangsaan, mengikuti kegiatan-kegiatan kepanduan. Memang benar.. dan tidak bisa dinafikan, ketika saya mengikuti kegiatan kepanduan, nasionalisme itu sepertinya membara. Saya jadi lebih ”idealis” dalam melakukan sesuatu. Hmm.. apapun itu, ilmu atau bahkan doktrin yang saya dapatkan, Alhamdulillah sampai saat ini sangat bermanfaat bagi saya. Setidaknya selalu mengingatkan siapa saya (selain sebagai bangsa Indonesia, juga tentunya sebagai makhluk ALLAH).


Ketika taqdir membawa saya untuk meneruskan perjuangan mencari ilmu ke negeri orang, satu sisi nasionalisme itu muncul, bahkan idealisme saya hampir mencapai ke titik puncak, tapi.. terkadang nasionalisme itu pun terasa hampa. Bila kalimat teman saya itu Membantu sesama, itulah sebenarnya nasionalisme coba saya refleksikan dengan keadaan dan persekitaran saat ini. Malu rasanya untuk mengakui, dan benar... esensi tersebut sepertinya belum maksimal saya lakukan. Kalimat dan bahasa yang sangat sederhana, tetapi mempunyai makna yang sangat dalam. Sangat maniss.......Terima kasih teman ku, kamu telah memberikan ”intan” pemikiran untuk saya peribadi.


Membantu sesama...apakah harus sesama bangsa Indonesia? Dan sudahkah saya lakukan? Apakah hanya dilakukan di tanah air saja? Sudah ”satu” kah saya dengan saudara-saudara seperjuangan saya yang ada disini dengan segala perbedan-perbedaan yang ada? Apakah saya menjadi lupa akan semua itu, ketika ”kilau” Malaysia yang sebenarnya bias menerpa saya?


Sahabat...sejenak mari kita refleksikan apa yang ada disekitar kita. yagh... terutama di Hentian Kajang ini, dengan bait-bait syair lagu BENDERA. Sejenak saja.. kembali kita baca satu persatu syair itu..dua menit kita luangkan...........


Sejauh ini, kibaran sang merah putih hanya sebatas kibaran, tanpa ada ruh nya. Apakah kibaran itu hanya akan mempunyai makna ketika ia berkibar di negaranya sendiri? TIDAK... Merah putih.. dan semangat yang ada di dalam Merah Putih itu tidak semestinya hanya berkibar di Indonesia tercinta.. tidak hanya sekedar satu identitas bangsa...tetapi juga di ”Indonesia kecil” ku. ”Indonesia kecil” yang berada jauh dari ibu pertiwi, namun mempunyai ikatan emosional yang senantiasa terjaga. Ya.... komunitas dimana anak bangsa sama-sama berjuang di perantauan negeri orang, disanalah ”Indonesia kecilku”. Namun, kenapa saya tidak merasakan ”Indonesia” itu.. mengapa saya tidak tersentuh dengan semangat merah putih.. mengapa saya menjadi gundah gulana ketika nasionalisme itu dipertanyakan? Sudah cukupkah nasionalisme itu ada di diri saya? Bagaimana wujudnya? Samakah ia dengan wujud dari mu wahai sahabatku...?? atau.. ianya masih abstrak..?


Pertanyaan silih berganti ada dibenak, dan tanpa disadar mata ini pun ikut merefleksikan kegundahan yang dirasakan..ingatan dan secara spontan, bibir ini pun mencoba melantunkan dengan indah syair lagu Tanah Air nya Ibu Soed....

Tanah air ku tidak ku lupakan. Kan terkenang selama hidupku. Biarpun saya pergi jauh. Tidak kan hilang dari kalbu. Tanah ku yang ku cintai. Engkau ku hargai....


Walaupun banyak negri ku jalani. Termasyur permai di kata orang. Tetapi kampung dan rumahku di sanalah ku merasa senang..Tanah ku tak ku lupakan.. engkau ku banggakan.....


Sahabat...semoga saja, momentum seperti ini tidak hanya sekedar ritual formalitas yang selalu kita ikuti. Yaa.. berbagai macam orang akan merefleksikan dan merepresentasikan arti merdeka ataupun spirit nasionalisme itu. Samakah saya dengan sahabat, atau berbeda... bagi saya itu tidak lah menjadi masalah. Permasalahannya adalah.. masih adakah jiwa-jiwa itu dalam diri kita..? esensi yang bagaimana yang mau diwujudkan? perjalanan waktu dan diri inilah yang akan menjawabnyaa........


Selamat menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-63. INDONESIA BISA!!! Semoga tidak hanya sebagai slogan, tetapi juga sudah menyatu dalam darah dan daging kita..syariatnya.. karena Indonesia juga kita dapat merasakan apa yang telah ada pada diri kita ini... allahualambishowab.....


(dan tentu saja, semua itu ALLAH swt yang punya kuasa, dan segalanya pun kita kembalikan kepada Sang Khalik....)


HK, 16 Agustus 2008

07.38 am

”Dimesama”

Anak bangsa yang selalu akan bangga pada tanah airnya.....semoga....

Saturday, May 10, 2008

My SweeT HoMe...I'm coMin9....

Bismillaaahirrohmaanirrohiim..

Hari ini, sabtu 10 Mei 2008, tepat pukul 3.21 am, La mulai siap2 nyiapin barang. coz jam 4.30 ntar udah go to Malaka by bus from Hentian Kajang. Alhamdulillaah.ada teman juga ke Malakanya... Lina. thx God!

Akhirnya.. dapat juga La mudik. athough i just hv 3 days tuks nikmatin mesranya.. rindunya bersama keluarga tercinta.

Meskipun ada rasa bahagia, La cukup "parno" dengan amanah dan harapan yang besar. Kepulangan La kali ini bukan sekedar untuk melepas kerinduan akan rumah dan keluarga serta bau-bau yang ada disana.. tetapi juga lebih pada satu "ikhtiyar" untuk tercapainya satu tujuan.

Rapat kemaren petang ampe tengah malam membuat La sedikit terhibur. Ternyata memang benar...optimisme itu dapat membangkitkan semangat.. dan semangat itu akan lebih bermakna ketika ianya merupakan satu kesatuan team..

well..guyz..thx alot 4 ur support.. im sure.. we can do that.. we can pass it.. dengan smua yang ada pada diri qt... yups..NEVER GIVE UP..!!!

mohon doanya.. supaya "ibu suku" ini dapat menjalankan tugas... Kembali dengan membawa hasil...hasil yang bermafaat buat qt smua..

hmm.. my homw town.... pliiisss...give me ur big hug.. mizz u so much...
Doe my....im coming laaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..........

hukz..hukz..smoga perjalanan yg cukup panjang ini terasa ringan.. begitu pun dengan tanggung jawab yang ada di pundak ini...

Ya ALLAH... Hasbunallah wannikmal wakil.. nikmalmaulana wannikmannashiirr..


wassalam
La... tengah nikmatin keresahan....